MotorJepang ini bermesin 500cc 2-tak liquid-cooled 6-percepatan. Musim pertama di kelas 500cc, Mulai musim 2012, MotoGP menaikkan kembali kapasitas mesin menjadi 1000cc. Namun Rossi dengan Ducati Desmosedici GP12 tetap tak bertaji. Rossi hanya mengumpulkan dua kali podium kedua. Pada klasemen akhir, Rossi menempati posisi enam. Harga $ 8,890. Tampil dengan gaya motor sport naked bike, motor Yamaha FZ8 ini mengusung kapasitas mesin 800cc. Motor sport Yamaha ini terbilang tangguh dan handal karena motor tersebut dibekali dengan mesin 779cc, DOHC 6-Speed dengan 4 silinser sejajar, 16 katup serta menggunakan sistem pendinginan berupa cairan. Tenaganyamemang tidak sebesar motor 1000cc terbaik yang kami sampaikan di atas, namun motor ini lebih nyaman dikendarai sebagai motor harian dan kabarnya memiliki top speed hingga 200 km/jam. 8. Kawasaki Ninja H2R Sampai detik ini Kawasaki Ninja H2R tetap menjadi motor 1000cc tercepat di dunia dengan top speed mencapai 400 km/jam. Walaubegitu, motor itu memang jauh lebih mudah untuk dikendalikan, dibanding motor 500cc (2tak). Dan itulah sebabnya Motogp kurang selektif. Menurutku ada banyak pembalap yang bisa memaksimalkan potensi motornya hingga 95% diseri Motogp. Sementara di kelas 500cc, mayoritas pembalap hanya mampu memaksimalkan potensi motornya hingga 75% saking P6nVEy. – Apa yang membuat motor 500cc begitu istimewa, dibanding MotoGP saat ini 1000cc?. Pada tahun 2002, MotoGP era 4-tak menggantikan mesin 500 cc di kelas utama kejuaraan dunia balap motor. Tetapi hampir 20 tahun kemudian, era 2-tak masih mempesona banyak penggemar dan pembalap. Valentino Rossi”Sekarang motor MotoGP memiliki banyak elektronik.”, Alex Criville “Motor 500cc tidak mudah untuk dikendalikan.”, Mick Doohan “Mesin 500 cc 2-tak binatang buas yang cantik’. Tidak ada kontrol traksi.”, Loris Capirossi “Jika kita membuat kesalahan terkecil, kita akan terbang ke bulan’ dengan motor 500cc.”, Carlos Checa dan Simon Crafar “Motor 500cc Begitu Brutal”, Max Biaggi “Faktor yang menentukan saat geber 500cc 2-tak adalah feeling pembalap”… Tentunya semua pembalap akan setuju bahwa motor modern saat ini terdiri dari banyak sensor dan alat bantu elektronik. Mana yang lebih sulit? hanya aspal dan karet bundar yang tahu… Valentino Rossi, Alex Criville, Mick Doohan, Loris Capirossi, Simon Crafar, Carlos Checa dan Max Biaggi mengungkapkan pesona khusus’ era 2-tak dan perbedaannya dengan MotoGP saat ini. “Saya cukup beruntung bisa memenangkan gelar 500cc terakhir dan gelar MotoGP pertama. Ini adalah salah satu highlights dari karir saya,” kata Valentino Rossi dengan antusias. Juara dunia 9 kali itu melihat perbedaan terbesar antara dulu dan sekarang, selain karakteristik mesin yang berbeda dari mesin 2-tak menjadi 4-tak dalam hal elektronik. “Sekarang motor MotoGP memiliki banyak elektronik, jadi jauh lebih mudah untuk membuka gasnya. Di kelas 500cc kami tidak punya elektronik, jadi kita harus mengontrol lebih banyak,” imbuh pemilik tim MotoGP Aramco VR46 itu. Rider berusia 42 tahun itu masih mengingat pengalaman pertamanya dengan motor 500 cc, yakni saat tes Jerez pada tahun 1999. “Ketika saya mengendarai motor di Jerez untuk pertama kalinya, itu benar-benar mengesankan. Saya melahap banyak lap. Kecepatan dan akselerasinya luar biasa, itu adalah motor yang hebat,” ujar Valentino Rossi. Alex Criville Juara Dunia 500cc dari tahun 1999 berkata, “Saya ingat betul bahwa top speednya sekitar 320 km/jam. Saya pikir wow’, itu bagus. Dan saat kita tancap gas, tenaganya dua kali lipat dibandingkan dengan motor 250cc. Itu tidak mudah untuk dikendalikan.” Micks doohan – Alex Barros – Kevin Schwantz – Shinichi Itoh- 1993 – San Marino Juara 5 kali Mick Doohan menggambarkan mesin 500 cc 2-tak dengan binatang buas yang cantik’. “Kita benar-benar harus mengendarai motor dalam 3000 atau 4000 rpm. Jika tidak, kita berada di zona bahaya dan kita melihat para rider terbang di udara’. Tidak ada kontrol traksi,” kata mantan pembalap asal Australia itu. Sementara itu Loris Capirossi mengatakan, “Banyak orang yang suka berpetualang. Jika kita membuat kesalahan terkecil, kita akan terbang ke bulan’ dengan motor 500cc.” Reporter Dorna, Simon Crafar yang meraih kemenangan GP 500cc pada tahun 1998, mengatakan, “Motor 500cc sangat ringan, jadi sulit untuk merasakan limitnya. Selain itu, tenaga di kisaran putaran sempit ini begitu brutal. Dengan motor 500cc kita memiliki segalanya di tangan kita. Apa yang kita lakukan di sana, itu adalah tanggung jawab yang besar.” Carlos Checa setuju dengan pendapat Simon, dia berkata, “Saya masih ingat, kita harus sangat berhati-hati ketika menggeber gas. Terutama dalam kondisi basah, ketika cengkeraman tidak begitu baik, atau di beberapa lap pertama ketika ban tidak mencapai suhu.” Faktor yang menentukan adalah perasaan, Max Biaggi mengatakan, “untuk menaikkan gas pada sudut kemiringan maksimum atau untuk menangani motor ketika kondisi cengkeraman tidak begitu baik. Begitu kita memiliki perasaan itu, kita bisa menjadi kuat di segala trek dan dalam segala kondisi.” MotoGP adalah ajang balap motor tertinggi yang sangat diminati di seluruh dunia. Bahkan ketika teknologi belum secanggih sekarang, balapan yang dulu disebut Grand Prix 500 telah berhasil memukau para penggemarnya dengan aksi-aksi para rider yang bersaing di lintasan. Kini kita mengenal MotoGP dengan mesin 1000cc yang sangat bertenaga dan dilengkapi bermacam piranti elektronik untuk menunjang performa motor saat race. Di MotoGP sendiri perubahan memang kerap terjadi, salah satunya pada penggunaan kapasitas mesin untuk lomba. Sebelum tahun 2000, Grand Prix 500 telah menggunakan mesin 2-tak/2 stroke pada motor-motor yang ikut dalam kompetisi balap. Sementara sekarang, mesin itu tak lagi di pakai dan diganti menjadi mesin 4-tak/4 stroke. Kedua mesin ini memiliki karakteristik yang berbeda. Banyak pihak yang beranggapan bahwa mesin 2-tak lebih kencang dibanding 4-tak. Hal ini didasarkan pada perbedaan jumlah langkah yang diperlukan saat proses pembakaran mesin antara keduanya. Pada mesin 4-tak, 1 siklus pembakaran dimulai dengan langkah hisap, kemudian berlanjut dengan kompresi dan pembakaran hingga berakhir dengan pembuangan emisi gas. Sedangkan pada mesin 2-tak, langkah hisap dan buang terjadi bersamaan saat piston bergerak ke bawah. Sementara langkah kompresi dan bakar terjadi bersamaan saat piston bergerak ke atas. Karena hanya memerlukan 2 langkah, maka tenaga yang dihasilkan lebih besar dan responsif saat akselerasi. Karena memiliki komponen lebih sedikit, tanpa klep in, klep out dan Camshaft, maka mesin 2-tak relatif lebih mudah dirawat dibandingkan mesin 4-tak. Namun dengan konsekuensi bahan bakar lebih boros. Mesin 2-tak terkenal juga dengan ciri khas knalpotnya yang selalu mengeluarkan asap. Ini diakibatkan oleh oli samping yang dipakai untuk melumasi piston, ring piston, kruk as dan bearing kruk as. Oli ini ikut terbakar diruang bakar dan akan keluar dalam bentuk asap sebagai sisa pembuangan pembakaran mesin. Masa Peralihan Mesin 2-tak ke 4-tak di MotoGP Pada 2002 Dorna membuat regulasi baru untuk penggunaan mesin 4-tak dengan kubikasi 990cc dan tetap memperbolehkan sebagian tim tetap menggunakan mesin 2-tak sehingga pada era itu penikmat MotoGP dapat menyaksikan duel antara mesin 4-tak melawan 2-tak di lintasan. Beberapa rider Tim Satelit yang masih menggunakan mesin 2-tak seperti Olivier Jacque, Shinya Nakano, Sylvain Guntoli, Loris Capirossi, Tetsuya Harada dan Alex Barros harus berjuang keras ketika race berlangsung, karena mereka menghadapi teknologi yang lebih canggih yang digunakan para kompetitornya. Namun bukan berarti bahwa mesin 2-tak tak mampu melawan mesin 4-tak. Itu terbukti dari performa Alex Barros yang cukup kompetitif menghadapi dominasi Valentino Rossi yang kala itu sangat sulit dikalahkan dengan mesin V5 RC211V-nya yang perkasa. Selama 12 race, Barros menngunakan mesin 2-tak dengan pencapaian 2 kali podium di GP Assen dan GP Donington Park. Bahkan di seri Assen, Barros hampir saja memenangani race dan membuat Rossi kesulitan untuk menyalipnya selama race. Ini membuktikan jika mesin 2-tak sebenarnya mampu melawan mesin 4-tak. Barulah di GP Motegi 2002 Barros mendapatkan mesin V5 4 stroke dan selalu berhasil naik podium di 4 seri tersisa dengan 2 kali kemenangan di Motegi dan Valencia. Perbandingan Kecepatan Mesin 2-tak Dan 4-tak Apakah benar mesin 2-tak lebih kencang dari mesin 4-tak? Sebetulnya perbandingan kedua mesin ini tidak dapat diperdebatkan karena masing-masing memiliki kapasitas dan pengembangan yang berbeda. Namun jika melihat Top Speed yang mampu dicapai, maka kedua mesin ini dapat dibuat komparasinya. Dilansir dari Crash tentang data Top Speed MotoGP di sirkuit Mugello sejak 1999 hingga 2017, maka dapat diketahui informasi bahwa pada 1999-2001, saat era 2-tak, kecepatan maksimal motor berkisar pada 315-318 km/jam. Kemudian tahun 2002 pada era transisi, saat tim bisa menggunakan dua jenis mesin 2-tak 500 cc dan 4-tak maksimal 990 cc, top speed dicetak oleh Tohru Ukawa dengan 324,5 km/jam. Saat itu Tohru Ukawa adalah rekan setim Valentino Rossi yang sama-sama mengendarai mesin 4-tak 990 cc Honda RC211V. Saat regulasi mesin berubah menjadi cc Top Speed motor menanjak berkisar pada 345-355 km/jam. Jadi jelas bahwa mesin 4-tak lebih kencang dari 2-tak karena didukung dengan perangkat elektronik, kontrol traksi dan elemen penunjang lainnya. Namun untuk akselerasi motor memang tidak dapat dipungkiri bahwa motor 2-tak punya keunggulan tersendiri dibanding 4-tak. Kata Para Rider Legenda Tentang Mesin 2-tak Dan 4-tak Kenny Roberts mengatakan bahwa mesin 4-tak lebih mudah dikendarai dan sangat bertenaga karena telah dilengkapi perangkat elektronik seperti Launch Control, Anti Wheelie dan Traction Control yang memudahkan penyaluran tenaga dan dapat meminimalisir terjadinya High Crash. Tapi di sisi lainnya juga lebih rumit untuk di set up. Baginya motor 2-tak lebih menuntut fisik dan perlu cara yang sangat halus untuk membuka gas. Eddie Lawson juga mengatakan jika motor di era 2-tak seperti Honda NSR500 1989 sangat sulit dikendarai. Juara GP500 itu mengungkapkan setiap kali masuk tikungan, Rider tidak akan tau apakah bisa melintasinya dengan baik atau justru terlempar ke Gravel karena terlambat mengerem di Braking Point yang benar. Sama juga halnya dengan Valentino Rossi yang kerap terjungkal di awal penampilannya di tahun 2000 saat masih menggunakan Honda NSR 500. Rossi menghabiskan tahun pertama di kelas 500cc untuk belajar tentang sensitifitas pada motor dan mengubah gaya balapnya untuk beradaptasi dengan ganasnya tenaga mesin 2-tak. Sementara menurutnya, motor 4-tak lebih bersahabat karena distribusi tenaganya lebih mudah di kendalikan, juga saat melakukan pengereman. Di era 2-tak, Rider hanya bisa memaksimalkan potensi motor hingga 75% karena skills Rider yang lebih menentukan secepat apa motor di lintasan. Sedangkan di era 4-tak, motor bisa di maksimalkan potensinya hingga 95%. Rencana MotoGP Kembali Ke Era 2-tak Pada 2020 sempat muncul kabar mengejutkan bahwa Dorna sedang mempertimbangkan untuk kembali menggunakan mesin 2-tak, karena mesin itu tak pernah kehilangan penggemarnya di ajang balap. Seperti yang diketahui bahwa perubahan mesin 2-tak ke 4-tak disebabkan oleh emisi gas buang dari mesin 2-tak yang mencemari lingkungan dan menurunkan kualitas udara di kawasan sirkuit. Namun rupanya Dorna ingin membangkitkan mesin 2-tak dengan metode yang baru. Mesin 2-tak baru ini bukanlah mesin 2-tak di masa lampau yang boros dan mengeluarkan banyak asap. Tetapi mesin yang telah dibangun ulang dengan teknologi canggih seperti Direct Injection, Pressure Charging, sistem pengapian baru, dan juga penggunaan bahan bakar baru. Teknologi itu akan mampu meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar dan menghasilkan emis gas yang bersih seperti yang akan di terapkan pada Formula 1 pada 2025 dengan kembali memakai mesin 2-tak yang telah mengalami banyak perubahan baru. Namun rencana Dorna itu nampaknya belum bisa terealisasi dalam waktu dekat dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk bisa di aplikasikan pada kompetisi balap MotoGP.

motor 2 tak 1000cc